Hallo.
Tulisan ini akan berbeda dari beberapa tulisan yang pernah saya ketik sebelumnya.
Setelah melewati fase beberapa tahun. Sampai kepada titik dimana saya bertanya besar kepada semesta, sebenarnya sedang disiapkan apa untuk diri saya.
:)
Beberapa minggu ini, hari berganti terasa begitu lama tapi juga kadang cepat.
Lama pergantian hari ini dirasa karena banyaknya peristiwa yang termuat didalamnya.
Perubahan peristiwa yang sangat cepat, dari merasa Lelah, ada pendukung, ada sosok, kemudian hilang, kemudian patah, jatuh dan hancur.
Aku tidak berkata tentang orang lain terhadapku. Tapi aku juga berkata tentang aku kepada orang lain.
--
Ada manusia yang apabila diberikan hal-hal negatif, bisa memanfaatkan emosi tersebut menjadi hal yang positif. Dia akan naik, semangat, berpower, melakukan pembuktian dan lainnya. Tetapi di sisi lainnya ada manusia yang diberikan hal negatif semakin membuatnya tertekan dan lemah.
--
Dari zaman teori manapun, mengatakan bahwa “komunikasi adalah hal penting” sungguh ambigu tapi benar. Manusia memiliki egonya masing-masing, beberapa bahkan sangat besar dan tidak mau terkalahkan/dikalahkan. Tetapi, ini menjadi titik lemah. Manusia tidak dapat menyadari kesalahan yang diperbuatnya apabila tidak ada yang berkata bahwa itu salah, itu tidak benar, itu menyakitkan.
Ini terjadi kepadaku berkali-kali.
Aku merasa aku melakukan hal yang biasa saja, hal yang biasa aku lakukan. Tapi ternyata tulisan, perbuatan, perkataanku menyakiti orang.
Itu ternyata tidak biasa, itu membuat orang lain tidak nyaman. menakuti orang lain.
Mungkin akunya saja yang saat ini sedang sensitif dengan beberapa masalah dunia. Seringkali merasa sendirian, lupa bagaimana tuhan selalu menemani disetiap nafas.
Kemudian, saat ada emosi dari lainnya yang sampai.
Menyampaikan tentang kesalahan yang telah kubuat, aku langsung berada di titik bingung.
Bagaimana cara menebus kesalahan tersebut? Kenapa aku bisa melakukan kesalahan tersebut dan tidak sadar bahwa itu salah?
Sebuah ekspresi yang aku yakini hal itu adalah cara untuk penyaluran emosiku. Justru membuat orang lain tidak nyaman. Walaupun sudah berkelit bahwa ekspresiku terjaga kerahasiaannya, tapi tetap membuat tidak nyaman?
Aku ingin menyalahkan diri sendiri tapi di sisi lain membenarkan diri sendiri.
Tapi sisi itu kalah dan kemudian menjadi membanting dan menyalahkan diri sendiri.
Ya aku salah karena telah berekspresi, aku salah karena sudah menulis, aku salah karena sudah berkata, aku salah karena sudah berbuat.
Hal-hal ini menyakiti orang lain, membuat tidak nyaman orang lain. Aku merasa seperti kehadiranku di kehidupan orang justru menjadi beban baginya, masalah untuknya.
Aku merasa bahwa kata maaf tidak cukup.
Bagaimana rasanya?
Rasanya seperti ada di ruangan kosong, hitam, sendirian.
Tidak tahu harus bagaimana, tidak tahu harus berbuat apa, tidak tahu akan seperti apa.
Ditambah dengan beberapa emosi/hal negatif yang disampaikan, semakin membuat rendah diri.
Sangat bagus sekali, jikalau orang lain dapat bangkit dengan menggunakan hal negatif tersebut sebagai pemecut diri.
Ntahlah, mungkin aku yang terlalu lemah.
Aku justru sekarang merasa terjerambah ke ruang tadi. Kosong, hitam, sendirian.
…
Kemudian apa yang harus aku lakukan?
Ntah, pikiranku seperti penuh tapi kosong. Takut untuk melakukan apapun, takut untuk berbuat apapun, bahkan takut untuk menulis sesuatu sebenarnya.
Tindakanku ternilai annoying untuk orang lain. Aku takut dengan semua hal yang ada didiriku.
Terlihat lemah sekali bukan?
Aku pun sebenarnya tidak ingin menjadi lemah, tapi saat ingin bangkit sebentar, semesta seperti memberi pukulan lagi.
Aku pun ingin menerima diriku secara utuh, sudah kucoba perlahan kemudian ada pukulan lagi.
--
Kau membacanya Lelah? Sama, aku pun menulisnya Lelah.
--
Sekarang aku masih mencoba perlahan bertahan merangkak. Tuhan pasti tidak akan meninggalkan Aku kan? Setidaknya aku punya sesuatu untuk kupegang, walaupun aku malu untuk memegangnya.
--
Sekarang mencoba bertahan, berterimakasih ke diri sendiri karena masih hidup sampai saat ini. Bertahan. Mencoba hidup, walaupun ada yang bilang untuk apa kalau hanya sekedar hidup, tak obahnya seperti hewan. Tak mengapa, tak mengapa, tak mengapa.
Tetap hidup, Tuhan masih berpegang ke tanganku dan masih ingin aku hidup. Perlahan saja, jalani yang bisa dijalani dengan sebaik mungkin. Bertahan dulu untuk hidup :)
Nanti akan ada fasenya kita akan semangat lagi untuk naik. Namun, jika bukan sekarang, gakpapa. Bertahan dulu.
0 komentar:
Posting Komentar